Minggu, 08 Februari 2015

Pengaruh Perkembangan Hindu-Buddha pada Masyarakat Indonesia



Seperti kita ketahui bahwa pengaruh kebudayaan India menyebabkan perubahan besar
dalam kebudayaan Indonesia. Dengan adanya tulisan, di Indonesia mulai terdapat catatan
tentang peristiwa-peristiwa penting di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian, sejak saat
itu bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah. Masa pengaruh kebudayaan Hindu itu disebut
masa Indonesia Hindu. Masa Indonesia Hindu berlangsung sejak munculnya catatan tertulis
pertama hingga sekitar tahun 1500 Masehi, saat runtuhnya Kerajaan Majapahit. Masa
Indonesia Hindu disebut juga zaman kuno.

A.Proses Perkembangan Budaya Hindu-Buddha
1.Perkembangan agama dan budaya Hindu
Lahirnya agama Hindu ada hubungannya dengan kedatangan suku bangsa Arya ke
India. Bangsa Arya masuk ke India sejak 1500 SM melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan
mendiami Aryawarta (daerah yang berada di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah
Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan). Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida
(penghuni asli India) dan terjadilah percampuran kedua ras suku bangsa tersebut.
Percampuran budaya antara kedua ras itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme.
Agama Hindu adalah sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang
menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak
dewa. Setiap dewa merupakan lambang kekuatan alam. Beberapa dewa yang terkenal
adalah Trimurti (Brahma, dewa pencipta ; Wisnu, dewa pemelihara ; Syiwa, dewa
perusak), Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa
laut), dan Agni (dewa api).
Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat
bagian.
a. Rigweda, berisi syair pujian terhadap para dewa.
b. Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara.
c. Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara.
d. Atharwaweda, berisi mantra untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir
serta ilmu gaib mengusir penyakit dan para musuh.
Di India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:
a. Saraswati, permaisuri Brahma, melambangkan dewi kebijaksanaan dan pengetahuan;
b. Laksmi, permaisuri Wisnu, melambangkan dewi kecantikan dan kebahagiaan;
c. Parwati, permaisuri Syiwa, melambangkan dewi keberanian dan kegarangan (durga).
Konsep dan Aktualita
Umat Hindu memiliki beberapa kitab selain kitab Weda yang mengandung ajaran Avatar (inkarnasi
dewa), yakni kitab Brahmana, Upanishad, Mahabharata, Bagawad Gita, dan Ramayana.
1.Kitab Brahmana berisikan interpretasi (penafsiran) ajaran keagamaan yang terkandung dalam Weda.
2.Kitab Upanishad berisikan pembahasan tentang Brahmana, kejadian alam semesta, serta Atman (jiwa)
dan cara kembalinya Atman kepada Brahman Sang Mahakuasa.
3.Kitab Mahabharata, ditulis oleh Begawan Wiyasa, berisikan tentang peperangan antarkeluarga Bharata
(Pandawa dan Kurawa) di Padang Kurusetra.
4.Kitab Bagawad Gita, bagian dari himpunan Mahabharata yang diartikan nyanyian dewa. Kitab ini berisi
nasihat Krisna kepada Arjuna di Kurusetra pada saat terjadi Perang Bharatayuda.
5.Kitab Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki yang berisi kisah cinta Rama dan Shinta.
Untuk mencapai nirwana, umat Hindu dapat melakukannya dengan tiga cara.
a.Manusia wajib menjalankan dharma (memenuhi kewajiban sebagai manusia), artha
(menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya), dan karma (tidak berlebihan merasakan
kenikmatan duniawi).
b.Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
c.Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajna besar dan yajna
kecil). Yajna besar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama,
dan upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang
di rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.
Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban
Asra Medha. Kurban Soma adalah upacara kebaktian yang terpandang suci di antara
seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma adalah sejenis cairan minuman yang memberi sifat
kedewaan. Kurban Asra Medha adalah kurban kuda. Upacara-upacara kebaktian Hindu
dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu
a. Brahmana (pendeta) yang menjabat sebagai kepala upacara,
b. Hotri yang melagukan nyanyian keagamaan,
c. Udgatri yang menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
d. Adhyarya yang menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan
lainnya sambil membacakan mantra.
Konsep dan Aktualita
Orang Arya menciptakan kasta dengan pembagian sebagai berikut.
1.Brahmana, perlambang mulut, yakni golongan pendeta. Mereka dihormati sebagai penasihat raja.
2.Ksatria, perlambang tangan, yakni golongan ningrat atau bangsawan dan prajurit. Golongan ini
menjalankan pemerintahan.
3.Waisya, perlambang paha, yakni golongan pengusaha, pedagang, dan petani.
4.Sudra, perlambang kaki, terdiri atas orang-orang Dravida dalam masyarakat.
Setiap golongan wajib menempati kastanya masing-masing dan dilarang mengadakan perkawinan
antarkasta. Jika ini terjadi, seseorang akan dikeluarkan dari kastanya dan dimasukkan ke dalam kasta yang
lebih rendah.
Selain kasta-kasta tersebut, masih ada golongan yang dianggap lebih rendah lagi, yaitu paria atau
candala. Golongan ini ditempatkan sebagai hamba sahaya.
Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu
a.hidup di dunia adalah samsara akibat perbuatan yang kurang baik;
b.adanya karma, yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
c.akibat karma, manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam
wujud yang lebih rendah;
d.orang yang sempurna hidupnya akan moksa, lepas dari samsara.
Untuk menjadi Hindu, seseorang harus
mendapat tali benang kasta (munya) yang diberikan
oleh brahmana (pendeta). Setelah itu, barulah
mereka melakukan caturasrama, yakni brahma-
carin (mencari ilmu kepada brahmana (pendeta),
grhasta (membentuk keluarga), wanaprasta
(meninggalkan rumah untuk bertapa), dan saniasin atau pariwrajaka (hidup mengembara,
meninggalkan kepentingan duniawi untuk menjadi bhiksu).
Tempat-tempat suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap
sebagai kota dewa dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci. Agama Hindu mengalami
kemunduran sekitar abad ke-6 SM karena sebab-sebab berikut.
a.Kaum brahmana yang memonopoli agama dan upacara bertindak sewenang-wenang
dengan menarik kurban yang besar sehingga menimbulkan beban.
b.Lahirnya agama Buddha yang lebih demokratis untuk mencari nirwana sendiri tanpa
pertolongan orang lain yang diajarkan oleh Siddharta Gautama.
c.Agama Buddha lebih terbuka tanpa membeda-bedakan manusia.

2.Perkembangan dan budaya Buddha
Ketika agama Hindu mengalami
kemunduran, muncullah agama Buddha
di India yang disiarkan oleh Siddharta
Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam
kitab suci Tripitaka yang berarti tiga
keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi
kitab suci Tripitaka sebagai berikut.
a. Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran
dan khotbah Buddha. Bagian terbesar
adalah percakapan antara Buddha dan
beberapa orang muridnya. Di dalamnya
terdapat pula kitab meditasi dan
peribadatan.
b. Winayapitaka, berisikan tata hidup
setiap anggota biara (sangha).
c. Abhidharmapitaka, ditujukan bagi
lapisan terpelajar dalam agama Buddha
sebab merupakan pelajaran lanjutan.
Sekilas Tokoh
Siddharta Gautama adalah putra Raja Suddhodana dari
Kerajaan Kosala. Keluarganya termasuk golongan ksatria dan
merupakan keturunan suku bangsa Sakya. Setelah memasuki masa
grhasta, ia dikawinkan dengan Putri Yasodhara dan melahirkan putra
bernama Rahula.
Semula ia hidup tenteram dalam kemewahan istana. Namun,
setelah melakukan lawatan keluar istana, Siddharta mengalami
pergulatan batin mengenai apa sebenarnya kehidupan itu. Ada empat
hal yang disaksikannya dalam lawatannya itu sehingga mengganggu
batinnya. Pertama, ia menyaksikan orang tua renta yang sudah bongkok.
Kedua, ia menyaksikan orang menderita penyakit kusta yang sangat
parah hingga tak sadarkan diri. Ketiga, ia menyaksikan mayat tengah
diusung dan diiringi orang-orang yang meratapi. Keempat, ia
menyaksikan fakir miskin yang berkeliling dengan kepala gundul dan
berbaju kuning (saniasin).
Setelah kegelisahannya memuncak, Siddharta pergi meninggalkan
istana, mencukur rambutnya, menggunakan jubah kuning, dan bertapa
tanpa bekal apa pun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 524 SM, tepatnya
ketika Siddharta berusia 39 tahun. Tempat pertapaannya itu dinaungi
pohon bodhi.
Pada tahun 517 SM, yaitu malam yang dikenal sebagai Malam
Suci, Siddharta mendapat penerangan agung. Ia kemudian disebut
Siddharta Gautama, artinya orang yang mencapai tujuan. Ia disebut
juga Buddha Gautama, artinya orang yang menerima Bodhi, dan
Sakyamuni, artinya orang bijak keturunan Sakya.
Hari lahir, saat menerima wahyu dan hari wafatnya Siddharta
jatuh pada hari dan tanggal yang sama, yaitu pada bulan Mei saat
berlangsungnya purnama. Ketiga hari itu dijadikan hari suci umat
Buddha, Waisak.
Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha.
a.Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).
b.Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.
c.Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.
d.Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.
Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares,
berisikan hal-hal berikut.

a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida).
Empat kebenaran utama, yaitu
1)hidup adalah derita (duka) atau samsara,
2)samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,
3)tresna harus dihilangkan, dan
4)cara menghilangkan tresna adalah dengan delapan jalan tengah.
Delapan jalan tengah, yaitu
1)pengertian yang benar,5)kerja yang benar,
2)maksud yang benar,6)ikhtiar yang benar,
3)bicara yang benar,7)ingatan yang benar, dan
4)laku yang benar8)renungan yang benar.
b. Pratityasamudpada, artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan
masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya.
Pada bangunan peribadatan Buddha akan
kita temui stupa, yaitu bangunan berbentuk
kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan
diberi payung. Fungsi bangunan ini adalah
sebagai lambang suci agama Buddha, tanda
peringatan terjadinya suatu peristiwa dalam
hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang
jenazah Buddha, dan tempat menyimpan benda
suci.
Agama Buddha berkembang pesat di India
pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja
Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia menciptakan "neraka
Ashoka
", yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang
yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya
dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama
Buddha sebagai agama negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan
melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia.
Inskripsi
Untuk menghormati Siddharta, Raja
Ashoka mendirikan monumen dengan
bagian-bagian berikut.
a.Bunga saroja sebagai lambang kelahiran
Siddharta.
b.Pohon bodhi (pipala) sebagai lambang
penerangan agung.
c.Jantera sebagai lambang memulai
pengajaran.
d.Stupa sebagai lambang kematian.
B.Proses Masuk dan Berkembangnya Agama serta Kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan.
Pada awalnya, orang-orang India bersikap aktif dalam perdagangan tersebut. Hal ini menurut
Claudius Ptolomeus (Yunani) didorong oleh kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih,
dan lada yang menarik para pedagang mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah
berlangsung sejak sekitar abad ke-5 M.
Khusus mengenai penyebaran hinduisme sebagai agama dijelaskan melalui banyak teori.
1.Teori brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur yang berpendapat bahwa agama Hindu masuk
ke Indonesia dibawa oleh pendeta. Teori ini memiliki kelemahan, yaitu di India ada
peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka
dapat menyiarkan agama ke Indonesia.
2.Teori ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Majumdar, Moekrji, dan Nehru. Mereka berpendapat
bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh prajurit yang mengadakan ekspansi.
Oleh sebab itu, teori ini sering pula disebut teori kolonisasi. Kelemahan teori ini adalah tidak
ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.
3.Teori waisya
Teori ini dikemukakan oleh Krom yang mengatakan bahwa agama Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang, mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, Nusantara
telah menjadi jalur perdagangan antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan
inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan menyebarkan agama
Hindu.
4.Teori sudra
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang. Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa
oleh kaum sudra yang datang di Nusantara untuk memperbaiki nasib.
5.Teori nasional
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang mengatakan bahwa dalam proses
penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif. Setelah dinobatkan
sebagai seorang Hindu, mereka kemudian giat menyebarkan agama Hindu dan segala
aktivitasnya. Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India
dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan
yang disebut "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India disebutnya
sebagai proses penyuburan.
Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka penghinduan,
antara lain,

a. Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja,
b. Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta),
c. Kulapanjika, yaitu memberikan silsilah raja, dan
d. Castra, yaitu cara membuat mantra.
6.Teori arus balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari
orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan
menyebarkannya setelah kembali ke kampung halamannya.
Adapun teori mengenai perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha India di Asia, khususnya
di Nusantara, sebagai berikut.
1.Kerajaan Kalingga di India pada abad ke-3 ditaklukkan Raja Ashoka dari Arya sehingga
banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
2.Invasi (penguasaan) suku Khusana ke Indonesia menyebabkan banyak warganya yang
bermigrasi ke Indonesia.
3.Coedes berpendapat bahwa kontak hinduisme ke Nusantara terjadi karena adanya larangan
mencari emas ke Siberia oleh Kaisar Vespasianus. Oleh karena itu, para pedagang India
mencari emas ke Swarnadwipa (Sumatra).
Konsep dan Aktualita
Dalam perkembangannya, agama Hindu lebih banyak berpengaruh daripada agama Buddha. Bukti
bahwa agama Hindu lebih dahulu masuk ke Indonesia adalah diketahui bahwa kerajaan tertua di Indonesia,
Kutai, beragama Hindu. Kerajaan yang berdiri setelah itu pun, Tarumanegara, juga beragama Hindu.
Adapun bukti bahwa Hindu lebih berpengaruh adalah adanya keterangan seorang musafir Cina bernama
Fa Hsien yang mengatakan bahwa tidak banyak penganut Buddha di Ye-Po-Ti (Jawa). Musafir Cina ini
datang di Jawa pada tahun 414 M.
Bukti adanya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sebagai berikut.
1.Adanya arca Buddha bergaya amarawati (gaya India Selatan) di Sempaga, Sulawesi
Selatan, dan di Jember. Arca di Sempaga merupakan yang tertua. Selain itu, ditemukan
pula arca bergaya gandhara (India Utara) di Bukit Siguntang (Sumatra Selatan) dan Kota
Bangun, Kutai.
2.Adanya prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta di Kutai dan Tarumanegara.
3.Adanya penganut agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
4.Berkembangnya seni patung di Indonesia.
5.Penggunaan istilah warman sebagai nama raja seperti di India.
6.Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
7.Penggunaan bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa dalam kehidupan masyarakat.
8.Adanya sistem kemaharajaan.
9.Adanya kitab-kitab sastra yang bercorak Hindu.

C.Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi
Hindu-Buddha
Masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkan
tiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah satu han-
cur. Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang melakukan
kebudayaan baru. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara ketika terjalin
hubungan dagang antara India, Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya. Akulturasi
budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan budaya
baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses akulturasi tersebut,
menurut para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun aktif. Pada awalnya bersikap pasif
menerima ajaran-ajaran baru, di kemudian hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya
ke luar negeri dan mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran.
Proses akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara kedua agama
tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang dikenal sebagai Syiwa
Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan perpaduan dari beberapa
paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran ini berkembang pesat pada abad
ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja Kertanegara dan Adityawarman.Akulturasi budaya paling mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti seni rupa, seni
sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi budaya ini
juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan proses akulturasi tersebut
dilakukan oleh para cendekiawan, agamawan, arsitek, sastrawan istana maupun rakyat, dan
para seniman.
1.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni bangunan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha
dalam bidang arsitektur atau seni bangunan
dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi.
Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama
Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam
agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam.
Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi
sebagai tempat pemujaan atau peribadatan. Meski difungsikan sebagai makam, namun
tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah
dikuburkan dalam candi. Benda yang dikubur-kan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap
sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih
ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung
dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau
lambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan
raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a.Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi inilah
ditanam pripih.
b.Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik
diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca Guru,
relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung
untuk candi yang besar biasanya diubah.
c.Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya
terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil
yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai merah, melambangkan
takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga
atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah arca itu menjadi perwujudan
almarhum sebagai dewa.
Bangunan candi di Indonesia yang ber-
corak Hindu, antara lain, candi Prambanan,
candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi
Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng,
candi Jago, candi Singasari, candi Kidal,
candi Panataran, candi Surawana, dan
gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang
bercorak Buddha, antara lain, candi Boro-
budur, candi Mendut, candi Pawon, candi
Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi
Muara Takus.
Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai candi sebagai berikut.
a.Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng Gunung
Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali).
b.Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi yang
dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c.Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu keluar masuk. Contoh candi semacam
ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
d.Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi yang dibelah dua untuk jalan keluar
masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
2.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni rupa
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau
ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa
hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung
Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat
pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang
disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi
di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis
buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau
relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai
dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini
menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga
bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah
(padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak
dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang
berbeda-beda. Khususnya
pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin)
yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari.
Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil
dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan.
Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua
dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang
dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa
Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan
sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
a.Relief candi Borobudur menceritakan Kormani-
bhangga, menggambarkan perbuatan manusia
serta hukum-hukumnya sesuai dengan Ganda-
wyuha (Sudhana mencari ilmu).
b.Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah
Ramayana dan Kresnayana. Seni patung yang berkembang umumnya berupa
patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang
sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha
kini dapat kita saksikan di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum
Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung
Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
3.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni sastra
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan
memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata
dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid
terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk
syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 seloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan
peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharata-
yudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini
dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa
lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara
tahun 400 SM sampai 400 M.
Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan
digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama
dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh Rahwana. Dalam
perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu mendapat bantuan
dari pasukan kera yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama juga dibantu oleh Guna-
wan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya karena bermaksud membela
kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut menimbulkan peperangan besar dan banyak
korban berjatuhan. Di akhir cerita, Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta
kembali kepada Rama.
Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli
India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah
terjadi di Indonesia. Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar, Bagong,
Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam literatur-literatur keagamaan
Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya.
Pengaruh kebudayaan India yang dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan,
konsep, dan pandangan-pandangannya.
4.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem pemerintahan
Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah
perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia,
struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya
ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem
pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan. Kepemimpinan lalu diturunkan kepada
keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut
bangsawan.
Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-
Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara,
Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak
Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram
Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia.
5.Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem kepercayaan
Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut
kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama
Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama
Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang
pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal
kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama
derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap
manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap
masyarakat.
6.Sistem perdagangan dan transportasi
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan
kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian lainnya
dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan
cengkih, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis
binatang khas yang unik. Awalnya, pedagang-
pedagang dari India yang singgah di Indonesia
membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan
internasional, hubungan dagang antara Indonesia –
India – Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa perkembangan ini akibat dari sikap terbuka
dan bersahabat dengan orang asing serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang memungkinkan
agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia.
Dalam berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi,
bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia.
Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran.
I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada abad
ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan
bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski
baru terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang digunakan adalah
kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar,
seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapal-
kapal yang lebih besar dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang lebih
jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional
dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang dengan Indonesia. Hal
ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal yang digambarkan dalam
relief tersebut adalah perahu lesung, kapal besar tidak bercadik, dan kapal bercadik.
7.Sistem penguasaan tanah
Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan.
Namun, pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam
lingkup kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya rakyat
hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu dapat dipindahtangankan kepada
rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan hak anggaduh tersebut dapat
digunakan secara turun temurun. Akan tetapi, jika sewaktu-waktu raja memintanya
kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian candi atau bangunan milik kerajaan atau
suatu kepentingan umum lainnya, rakyat tidak dapat menolak.
8.Sistem pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan biaya.
Biaya ini diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat.
Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat daerah dari desa-desa yang ada di wilayahnya.
Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada
petugas khusus yang bertugas mencatat luas tanah di wilayah kerajaan untuk dijadikan
dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib dipungut. Rakyat diwajibkan untuk
membayar pajak tepat waktu.
9.Tenaga kerja
Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya yang
harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja
merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan dewa
di bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk bersikap
setia kepada raja.
10.Perkembangan tradisi Hindu-Buddha
Pada masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi Hindu-
Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam
berbagai sektor sebagai berikut.
a.Sistem struktur sosial masyarakat
Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor
kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya.
Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian kasta pada
masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak seperti yang ada di
India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui tingkatan-
tingkatan kehidupan masyarakat dan berlaku turun temurun. Hal ini untuk menunjukkan
status sosial dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, di India perbedaan sistem
kasta sangat mendasar sebab untuk membedakan status sosial antara golongan Arya
dan Dravida.
Pada masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian
kelompok masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal
di wihara-wihara dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi mulai
ditinggalkan. Kelompok masyarakat yang lain adalah kelompok masyarakat umum,
yakni kelompok masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem dan
struktur masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha berkembang
pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak bergantung pada kelautan.
Sriwijaya banyak menguasai jalur-jalur dan pusat perdagangan maka Sriwijaya
menjadi kerajaan yang besar dan penting, karenanya menjadi kerajaan nasional yang
pertama di Nusantara. Kerajaan Mataram Hindu terdiri atas daerah pusat yang dikenal dengan ibu kota
kerajaan (tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta pejabat tinggi
kerajaan) dan daerah watak, yaitu daerah yang dikuasai para rakai atau pamgat yang
berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang berkedudukan turun-temurun.
b.Pemerintahan
Sebelum pengaruh Hindu ke Nusantara, bangsa Indonesia sudah mengenal sistem
pemerintahan, yakni dari seorang kepala suku dikenal bentuk kesukuan, seorang
kepala suku menduduki jabatannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka ia
pemimpin yang dipilih oleh kelompok sukunya secara demokratis. Mereka memiliki
kelebihan dalam anggota kelompoknya.
Masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia membawa
pengaruh yakni mulai lahirnya kerajaan. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia adalah
Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman. Raja berkuasa secara turun temurun
sehingga keluarga raja memiliki kehormatan di tengah-tengah masyarakat negara.
Raja memiliki kekuasaan tunggal, tidak ada lembaga yang mampu menandingi
kekuasaan raja.
c.Kesenian
Perkembangan bidang kesenian tampak sekali dalam seni bangunan, seni rupa,
dan seni sastra.
1)Seni bangunan yakni adanya bangunan candi Hindu dan candi Buddha yang
banyak ditemukan di Nusantara. Dasar pembangunan candi berasal dari zaman
megalitikum sehingga candi-candi yang ada di Nusantara memiliki bentuk bangunan
yang megah serta punden berundak seperti yang tampak pada candi Borobudur.
2)Seni rupa, seni lukis yang masuk ke Nusantara berkembang, ditandai dengan
ditemukannya patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun Kutai, dan
patung Buddha berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sulawesi, adanya
hiasan perahu yang menunjukkan majunya seni di Nusantara saat itu serta pada
dinding candi Prambanan kita jumpai relief Ramayana.
3)Dalam bidang sastra, seni sastra Hindu banyak kita jumpai pada prasasti-prasasti
serta kitab-kitab sastra. Banyak prasasti di Nusantara menggunakan bahasa
Sanskerta bahkan kitab-kitab sastra zaman Hindu dominan menggunakan bahasa
tersebut dan tulisan Palawa.
d.Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan
budaya masyarakat. Sebelum pengaruh Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia
sudah memiliki teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan
baik yang terbuat dari batu atau logam.
Setelah adanya pengaruh Hindu, teknologi semakin maju, misalnya pembuatan
candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh
lebih megah dan kokoh seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian,
bangsa Indonesia memiliki pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
e.Perkembangan pendidikan
Pendidikan berkembang pesat setelah adanya pengaruh Hindu, yakni masyarakat
mendapat pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha. Mereka ada
yang berguru kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau berada di
tempat khusus seperti wihara-wihara. Kaum Brahmana yang memberikan pendidikan
serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah membuka
tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah, masyarakat
Indonesia mendapatkan berbagai pengetahuan yang diajarkan para Brahmana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar