HADIS TENTANG AL-HIWALAH
(1)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ الْقَعْنَبِيُّ عَنْ
مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ
عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ
(ABUDAUD - 2903) : Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi, dari Malik, dari Abu Az Zinad dari Al A'raj
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Penangguhan orang yang kaya (dalam melunasi hutang) adalah kezhaliman,
dan apabila salah seorang di antara kalian diikutkan (hutangnya dipindahkan,
hiwalah) kepada orang yang kaya, hendaknya ia mengikuti!"
(2)
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْهَرَوِيُّ قَالَ
حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ
ابْنِ عُمَرَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ
الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُحِلْتَ عَلَى مَلِيءٍ فَاتْبَعْهُ وَلَا تَبِعْ
بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَمَعْنَاهُ إِذَا أُحِيلَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ فَقَالَ بَعْضُ
أَهْلِ الْعِلْمِ إِذَا أُحِيلَ الرَّجُلُ عَلَى مَلِيءٍ فَاحْتَالَهُ فَقَدْ بَرِئَ
الْمُحِيلُ وَلَيْسَ لَهُ أَنْ يَرْجِعَ عَلَى الْمُحِيلِ وَهُوَ قَوْلُ
الشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ و قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إِذَا
تَوِيَ مَالُ هَذَا بِإِفْلَاسِ الْمُحَالِ عَلَيْهِ فَلَهُ أَنْ يَرْجِعَ عَلَى
الْأَوَّلِ وَاحْتَجُّوا بِقَوْلِ عُثْمَانَ وَغَيْرِهِ حِينَ قَالُوا لَيْسَ
عَلَى مَالِ مُسْلِمٍ تَوًى قَالَ إِسْحَقُ مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ لَيْسَ عَلَى
مَالِ مُسْلِمٍ تَوِيَ هَذَا إِذَا أُحِيلَ الرَّجُلُ عَلَى آخَرَ وَهُوَ يَرَى
أَنَّهُ مَلِيٌّ فَإِذَا هُوَ مُعْدِمٌ فَلَيْسَ عَلَى مَالِ مُسْلِمٍ تَوًى
(TIRMIDZI - 1230) : Telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Abdullah Al Harawi ia berkata; Telah menceritakan kepada kami
Husyaim ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Ubaid dari Nafi'
dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Penundaan orang kaya dalam membayar hutang adalah kezhaliman, jika
hutangmu dipindahkan kepada orang kaya maka ikutilah ia dan tidak ada dua akad
dalam satu (transaksi) penjualan." Abu Isa berkata; Hadits Abu Hurairah
adalah hadits hasan shahih, maknanya adalah jika seseorang dari kalian
hutangnya dipindahkan (hiwalah) kepada orang kaya, hendaklah ia menerimanya.
Sebagian ulama mengatakan; Jika seseorang hutangnya dipindahkan kepada orang
kaya, lalu ia memindahkannya maka orang yang memindahkan telah berlepas diri
dan tidak ada kewajiban baginya untuk kembali kepada orang yang memindahkan.
Ini adalah pendapat Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Sedangkan sebagian ulama
berpendapat jika harta hilang maka hal ini merupakan resiko kebangkrutan orang
yang dipindahkan hutang atasnya, ia berhak mengembalikan kepada orang pertama.
Mereka berhujjah dengan perkataan Utsman dan selainnya ketika mereka berkata;
Tidak ada hak terhadap harta seorang muslim yang hilang. Ishaq berkata; Makna
hadits ini; Tidak ada hak terhadap harta seorang muslim yang hilang, adalah
jika hutang dipindahkan kepada seseorang atas orang lain. Ia juga berpendapat
bahwa seseorang itu adalah orang kay, namun jika ia adalah orang tidak punya
harta maka tidak ada hak mengembalikan harta orang muslim yang hilang.
(3)
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قِيلَ لِسُفْيَانَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ الْمَطْلُ ظُلْمُ الْغَنِيِّ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ
عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ
(AHMAD - 7034) : Telah menceritakan kepada kami Sufyan
dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, dikatakan kepada Sufyan;
apakah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam?" dia menjawab; "ya,
beliau bersabda: "menunda-nunda pembayaran hutang adalah kezhaliman bagi
orang yang mampu membayarnya, dan jika salah seorang di antara kalian
dipindahkan hutangnya kepada orang yang mampu maka hendaklah ia
mengikutinya."
(4)
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْمَطْلُ ظُلْمُ الْغَنِيِّ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ
فَلْيَتْبَعْ
(AHMAD - 7141) : (Masih dari jalur periwayatan yang
sama dengan hadits sebelumnya -dari Abu Hurairah -) Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Salam bersabda, "Menunda-nunda pembayaran hutang adalah
kezhaliman bagi orang yang mampu membayarnya, dan jika salah seorang di antara
kalian dipindahkan hutangnya kepada orang yang mampu maka hendaklah ia
mengikutinya."
(5)
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ
الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ
(MALIK - 1181) : Telah menceritakan kepadaku Yahya
dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Shalla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang mampu yang menunda-nuda
pembayaran hutang adalah kezhaliman, dan jika salah seorang di antara kalian
dipindahkan hutangnya kepada orang kaya (ditanggung pelunasannya), hendaklah ia
terima."
(6)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ
كِلَاهُمَا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ عَنْ هَارُونَ بْنِ رِيَابٍ حَدَّثَنِي كِنَانَةُ بْنُ نُعَيْمٍ الْعَدَوِيُّ
عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ الْهِلَالِيِّ قَالَ تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ فِيهَا فَقَالَ أَقِمْ حَتَّى تَأْتِيَنَا
الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا قَالَ ثُمَّ قَالَ يَا قَبِيصَةُ إِنَّ
الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً
فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ وَرَجُلٌ
أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى
يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ وَرَجُلٌ
أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ
لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ
قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ فَمَا سِوَاهُنَّ مِنْ
الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا
(MUSLIM - 1730) : Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya dan Qutaibah bin Sa'id keduanya dari Hammad bin Zaid - Yahya berkata-
telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Harun bin Riyab telah
menceritakan kepadaku Kinanah bin Nu'aim Al 'Adawi dari Qabishah bin Mukhariq
Al Hilali ia berkata; Aku pernah menanggung hutang (untuk mendamaikan dua
kabilah yang saling sengketa). Lalu aku datang kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, meminta bantuan beliau untuk membayarnya. Beliau menjawab:
"Tunggulah sampai orang datang mengantarkan zakat, nanti kusuruh
menyerahkannya kepadamu." Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: "Hai
Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh (tidak halal) kecuali
untuk tiga golongan. (Satu) orang yang menanggung hutang (gharim, untuk
mendamaikan dua orang yang saling bersengketa atau seumpanya). Maka orang itu
boleh meminta-minta, sehingga hutangnya lunas. Bila hutangnya telah lunas, maka
tidak boleh lagi ia meminta-meminta. (Dua) orang yang terkena bencana, sehingga
harta bendanya musnah. Orang itu boleh meminta-minta sampai dia memperoleh
sumber kehidupan yang layak baginya. (Tiga) orang yang ditimpa kemiskinan, (disaksikan
atau diketahui oleh tiga orang yang dipercayai bahwa dia memang miskin). Orang
itu boleh meminta-minta, sampai dia memperoleh sumber penghidupan yang layak.
Selain tiga golongan itu, haram baginya untuk meminta-minta, dan haram pula
baginya memakan hasil meminta-minta itu."
(7)
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ
وَهْبٍ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ
اللَّهِ الْقُرَشِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا بُرْدَةَ بْنَ أَبِي مُوسَى
الْأَشْعَرِيَّ يَقُولُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الذُّنُوبِ عِنْدَ اللَّهِ أَنْ يَلْقَاهُ بِهَا عَبْدٌ
بَعْدَ الْكَبَائِرِ الَّتِي نَهَى اللَّهُ عَنْهَا أَنْ يَمُوتَ رَجُلٌ
وَعَلَيْهِ دَيْنٌ لَا يَدَعُ لَهُ قَضَاءً
(ABUDAUD - 2901) : Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Daud Al Mahri, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Sa'i bin Abu Ayyub, bahwa ia telah mendengar Abu Abdullah
Al Qurasyi berkata; aku mendengar Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari berkata dari
ayahnya, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
"Sesungguhnya dosa terbesar di sisi Allah yang akan dibawa seorang hamba
bertemu denganNya setelah dosa-dosa besar yang telah Allah larang adalah
seseorang meninggal dalam keadaan menanggung hutang yang tidak mampu ia
lunasi."
(8)
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنِ
الْأَعْمَشِ عَنِ الْمِنْهَالِ عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَسَدِيِّ
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ }قَالَ جَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَاجْتَمَعَ ثَلَاثُونَ
فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا قَالَ فَقَالَ لَهُمْ مَنْ يَضْمَنُ عَنِّي دَيْنِي
وَمَوَاعِيدِي وَيَكُونُ مَعِي فِي الْجَنَّةِ وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي
فَقَالَ رَجُلٌ لَمْ يُسَمِّهِ شَرِيكٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْتَ كُنْتَ بَحْرًا
مَنْ يَقُومُ بِهَذَا قَالَ ثُمَّ قَالَ الْآخَرُ قَالَ فَعَرَضَ ذَلِكَ عَلَى
أَهْلِ بَيْتِهِ فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا
(AHMAD - 841) : Telah menceritakan kepada kami Aswad
bin 'Amir telah menceritakan kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Al Minhal
dari 'Abbad bin Abdullah Al Asadi dari Ali Radliallah 'anhu, dia berkata;
Ketika ayat ini turun: (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat), Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengumpulkan ahli baitnya, maka
berkumpullah tiga puluh orang kemudian mereka makan dan minum." Ali
berkata; kemudian beliau berkata kepada mereka: "Barangsiapa menanggung hutang
dan janjiku, niscaya dia akan bersamaku di Syurga dan akan menggantikanku dalam
keluargaku." Seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya oleh Syarik
berkata; "Wahai Rasulullah! Anda adalah lautan, siapa yang akan mampu
melakukan itu." Ali berkata; yang lainnya pun berbicara seperti itu,
kemudian beliau menawarkan hal itu kepada keluarganya, maka Ali Radliallah
'anhu menjawab; "Saya."
(9)
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ جَاهَدْتُ بِنَفْسِي وَمَالِي
فَقُتِلْتُ صَابِرًا مُحْتَسِبًا مُقْبِلًا غَيْرَ مُدْبِرٍ أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ
قَالَ نَعَمْ فَأَعَادَ ذَلِكَ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ إِنْ لَمْ تَمُتْ
وَعَلَيْكَ دَيْنٌ لَيْسَ عِنْدَكَ وَفَاؤُهُ
(AHMAD - 13966) : Telah bercerita kepada kami Abu
An-Nadlr telah menghabarkan kepada kami Syarik dari Abdullah bin Muhammad bin
'Aqil dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya ada seorang laki-laki yang datang
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bertanya,
"Bagaimana pendapat anda, jika saya berjihad dengan jiwaku dan hartaku,
lalu saya mati dalam keadaan sabar dan berharap pahala dari Allah, maju tidak
pernah mundur, apakah saya akan masuk syurga?" (Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam) bersabda: Ya. Lalu laki-laki itu mengulanginya hingga dua
atau tiga kali, (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) bersabda: "Jika
kamu tidak mati (dalam keadaan) menanggung hutang dan tidak ada yang menanggung
untuk membayarnya".
(10)
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِيُّ حَدَّثَنَا
سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَمَلَ مِنْ أُمَّتِي دَيْنًا ثُمَّ جَهَدَ فِي قَضَائِهِ
ثُمَّ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يَقْضِيَهُ فَأَنَا وَلِيُّهُ
(AHMAD - 24055) : Telah menceritakan kepada kami Abu
Abdurrahman Al Muqri telah menceritakan kepada kami Said, yaitu Ibnu Abi Ayub
telah menceritakan kepadaku Uqail dari Ibnu Syihab dari Abi Salamah bin
Abdurrahman dari Aisyah bahwa dia berkata; Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa dari umatku yang menanggung
hutang, kemudian dia telah bersungguh-sungguh untuk membayarnya, lalu dia mati
sebelum
melaksanakannya maka aku adalah walinya."
(11)
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَيُّمَا رَجُلٍ تَزَوَّجَ امْرَأَةً
وَبِهَا جُنُونٌ أَوْ جُذَامٌ أَوْ بَرَصٌ فَمَسَّهَا فَلَهَا صَدَاقُهَا كَامِلًا
وَذَلِكَ لِزَوْجِهَا غُرْمٌ عَلَى وَلِيِّهَا
(MALIK - 969) : Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari
Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Musayyab ia berkata; Umar bin Khattab berkata;
"Laki-laki mana saja yang menikahi wanita yang terkena gila, atau lepra,
atau kusta, lalu ia menyetubuhinya, maka wanita itu berhak mendapatkan mahar
secara penuh. Dan hal itu berakibat walinya yang wajib menanggung hutang atas
suaminya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar